^_^ "SELAMAT DATANG DI BLOG PMR UNIT SMP NEGERI 4 LAMONGAN" :D

Sabtu, 16 Juli 2011

GANGGUAN KESADARAN


1. PENDAHULUAN
Fungsi kesadaran menyangkut :
- tingkat kesadaran
- isi kesadaran

2. BATASAN
Kesadaran yang utuh adalah suatu keadaan individu sadara akan dirinya dan lingkungannya menghadapi stimulasi yang adekuat.
Kesadaran yang utuh tergantung dari integritas dan interaski antara :
- ARAS (Ascending Reticuler Activating System)
à kumpulan substansia drisea di bagian sentral batang otak bagian rostral mulai dari mielum samapai di subthalamus, menentukan tingkat kesadaran à WAKEFULLNESS-ARAOUSEL/KETERJAGAAN (keadaan yg. berhub. dengan respon E, V dan M.
- Korteks di hemisfer serebri kiri yang utuh, merupakan substract anatomis untuk kebanyakan komponen psikologik yang khusus, berbahasan, ingatan, intelek dan tanggapan proses pembelajaran. Dalam mekanismenya digiatkan oleh thalamus, hipotalamus, mesensefalon, tegmentum pontis bagian rostral.

Fungsi luhur/kortikal luhur/higher cortical function adalah kemampuan otak untuk berinteraksi dengan sekitarnya.
5 komponen fungsi luhur :
- Kemampuan berbahasa
- daya ingat
- pengenalan visuospasial
- emosi, dan kepribadian

Bentuk sindroma hemisfer, kanan dan kiri :
KIRI KANAN
Afasia (berbahasa)
Aleksia (membaca)
Agrafia (menulis)
Akalkulasi (menghitung)
Apraksia (gerakan motorik yang kompleks) Pengabaian (neglect)
Visuospasial (persepsi)
- pengenalan tempat
- Pengenalan wajah
Visuomotor
- membuat kontruksi
- berpakaian
Afek dan prosodi

Kebingungan/confusion/kesadaran berkabut gangguan kapasitas berfikir, mengerti, dan berespon dan mengingat kembali respon yang diterimanya, sehingga kehilangna kemampuan untuk berfikir jernih, gangguan dalam membuat keputusan.

Menurut Sukardi, Boss keadaan bingung dibagi menjadi :
Disoroentasi
Permulaan kehilangan kesadran, disorientasi (waktu,. tempat, orang), gangguan memori
Lethargi Keterabatasan pembicaraan, gerakan motorik spontan, dapat dibangungkan dengan pembicaran dna perabaan normal, dapat/tidak disorientasi.
Obtudation Kesadaran yg tumpul, keterbatsan keterjagaan, acuh thd lingkungan, mudah tertidur, kecuali dirangsangan secara verbal/perabaan, menjawab pertanyaan dengan seminimal mungkin.
Delirium Ketidaktenangan motorik, halusinasi, disorientasi, delusi/waham. ketakutan dna mudah terasangsang, kelainan metabolik/toksik, impending coma.
Stupor Tidur yang dalam, tidak responsif, hanya dapat dinagunkan /jawaban motorik/verbal dengan rangsangan yang kuat dan berulang, respon menghindara/memegang rasngangan tersebut.
Koma Hilangnya kesadaran, tampak seperti tidur, tidak berespon terhadap rangsangan eksternal
Keadaan Vegetatif Bernafas spontan, sirkulasi nomral, siklue membukan dan menutup mata seperti tidur, tapi tidak tanggap lingkungan, sepintas penyembuhan dari keadaan koma dan menetap sampai akhir kematian.
Kelainan difus bilateral pada korteks serebri dengan BO, trauma kapitis, hipoksik-eskemia,

PSYCHONEPHIC UNRESPONSIVENESS
à keadaan tidak sadar/koma, tetapi sebetulnya tidak.

Caranya : tes okulovestibuler, nistagmus menunjukkan bahwa tidak dalam keadaan tidak sadar.


3. KEADAAN YANG MENYEBABKAN GANGGUAN KESADARAN

Plum F dan Saper CB membagi gangguan kesadaran menjadi 3 bagian :

a. Gangguan tingkat kesadaran
- Lesi distruktif yang mempengaruhi mekanisme kesadaran
Ø Keruskan difus bilateral otak bagian depan
Ø kerusakan disensefalon
Ø kerusakan midbrain atas
- Lesi kompresi yang mempengaruhi mekanisme kesadaran
Ø hidrosefalus
Ø herniasi central
Ø herniasi unkus
Ø herniasi ke atas masa di ensephalon
Ø kompresi pons akibat masa diserebral

b. Gangguan isi kesadaran
- anterograde amnesia
- afasia
- apraksia
- defisit spasial (amorfosintesis)
- gangguan perhatian

c. Gangguan kesadaran umum (general disorders of conciousness)
- encephalopati akut
Ø penyakit multifaktorial
Ø penyakit metabolik difus
- encephalo kronis
Ø retardasi mental
Ø demensia
Ø persistent vegetative state

4. MEKANISME KESADARAN DAN GANGGUAN KESADARAN

Proses supratentorial dapat menyebabkan penurunan tingkat kesadaran :
1) Disfungsi difus kortikal dari korteks serebri, seperti ensefalitis, neoplasma, trauma kepala tertutup dengan peradrahan, empiema subdural (akumulasi nanah) Intra serebral (perdarahan, infark, emboli dan tumor)
2) Disfungsi subkortikal bilateral seperti, trauma batang otak, GPDO.
3) Kelainan okal hemesfer sereberi dsiebabkan masa yang menjepit, menekan struktur bagian dalam disensefalon, herniasi mengganggu thalamus dan activating hipotalammus.

Proses infratentorial
à penurunan kesadaran :
1) destruksi langsung pada ARAS
2) BO rusak akibat invasi langsung (GPDO, demeilinasasi, neoplasma, granuloma, abses trauma kapitis) /tidak langsung
3) Kompressi ARAS :
- tekanan langsung pada pons dan midbrain
à iskemia dan edema neuron
- Herniasi ke atas serebelum menekan atas dari midbrain dan diensefalon
- herniasi ke bawah melalui foramen magnum, menekan dan menggeser MO.

Manifestasi klini dan evaluasi , melalu pemeriksaan :
1. pemeriksaan TTV
2. Pemeriksaan interne
3. Pemeriksaan neurologik
- derajat kesadaran
- pola pernafasan
- ukuran dan reaksi pupil
- posisi bola mata
- refleks batang otak
- respon motorik
4. Pemeriksaan tambahan
- laboratorium
- radiologi
- neurofisiologik klinik
- neuroperilaku

Tingkat Kesadaran ( Macam-macam Tingkat Kesadaran )
Tingkat kesadaran adalah ukuran dari kesadaran dan respon seseorang terhadap rangsangan dari lingkungan, tingkat kesadarankesadaran dibedakan menjadi :

1. Compos Mentis (conscious), yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya..
2. Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh.
3. Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu), memberontak, berteriak-teriak, berhalusinasi, kadang berhayal.
4. Somnolen (Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran menurun, respon psikomotor yang lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila dirangsang (mudah dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi, mampu memberi jawaban verbal.
5. Stupor (soporo koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada respon terhadap nyeri.
6. Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon terhadap rangsangan apapun (tidak ada respon kornea maupun reflek muntah, mungkin juga tidak ada respon pupil terhadap cahaya).

Perubahan tingkat kesadaran dapat diakibatkan dari berbagai faktor, termasuk perubahan dalam lingkungan kimia otak seperti keracunan, kekurangan oksigen karena berkurangnya aliran darah ke otak, dan tekanan berlebihan di dalam rongga tulang kepala.

Adanya defisit tingkat kesadaran memberi kesan adanya hemiparese serebral atau sistem aktivitas reticular mengalami injuri. Penurunan tingkat kesadaran berhubungan dengan peningkatan angka morbiditas (kecacatan) dan mortalitas (kematian).

Jadi sangat penting dalam mengukur status neurologikal dan medis pasien. Tingkat kesadaran ini bisa dijadikan salah satu bagian dari vital sign.

Penyebab Penurunan Kesadaran

Penurunan tingkat kesadaran mengindikasikan difisit fungsi otak. Tingkat kesadaran dapat menurun ketika otak mengalami kekurangan oksigen (hipoksia); kekurangan aliran darah (seperti pada keadaan syok); penyakit metabolic seperti diabetes mellitus (koma ketoasidosis) ; pada keadaan hipo atau hipernatremia ; dehidrasi; asidosis, alkalosis; pengaruh obat-obatan, alkohol, keracunan: hipertermia, hipotermia; peningkatan tekanan intrakranial (karena perdarahan, stroke, tomor otak); infeksi (encephalitis); epilepsi.

Mengukur Tingkat Kesadaran

Salah satu cara untuk mengukur tingkat kesadaran dengan hasil seobjektif mungkin adalah menggunakan GCS (Glasgow Coma Scale). GCS dipakai untuk menentukan derajat cidera kepala. Reflek membuka mata, respon verbal, dan motorik diukur dan hasil pengukuran dijumlahkan jika kurang dari 13, makan dikatakan seseorang mengalami cidera kepala, yang menunjukan adanya penurunan kesadaran.

Metoda lain adalah menggunakan sistem AVPU, dimana pasien diperiksa apakah sadar baik (alert), berespon dengan kata-kata (verbal), hanya berespon jika dirangsang nyeri (pain), atau pasien tidak sadar sehingga tidak berespon baik verbal maupun diberi rangsang nyeri (unresponsive).

Ada metoda lain yang lebih sederhana dan lebih mudah dari GCS dengan hasil yang kurang lebih sama akuratnya, yaitu skala ACDU, pasien diperiksa kesadarannya apakah baik (alertness), bingung / kacau (confusion), mudah tertidur (drowsiness), dan tidak ada respon (unresponsiveness).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar